Senin, 17 November 2014

Tugas Java II

No.1
public class One {
    public static void main(String[] args) {
        int a,b;
       
        for (a=8;a>=1; a--){
            for (b=1; b<=a; b++){
                System.out.print(a);
            }
            System.out.println();
        }
            
    }
  


No.2 
package tugas;
import java.io.BufferedReader;
import java.io.InputStreamReader;
import java.io.IOException;
public class Nilai_Rata2_BufferedReader {
      public static void main(String [] args){
            BufferedReader input = new BufferedReader(newInputStreamReader(System.in));
                        String n="", m="", o="";          
                        try{
                        System.out.print("Masukkan angka pertama = ");
                        x = input.readLine();
                        System.out.print("Masukkan angka kedua = ");
                        y = input.readLine();
                        System.out.print("Masukkan angka ketiga = ");
                        z = input.readLine();}
                        catch (IOException e){}
                             
                        int bil1, bil2, bil3, rata;
                             
                        bil1 = Integer.parseInt(x);
                        bil2 = Integer.parseInt(y);
                        bil3 = Integer.parseInt(z);
                             
                        rata = (bil1 + bil2 + bil3)/3;
                             
                         System.out.println("Rata-rata nilai Anda: "+ rata);
                                 if (rata >= 60){System.out.println(":-)");
                                 }
                            else { 
                         System.out.println(":-(");                                         }
        }
      }

Selasa, 04 November 2014

Upacara Adat Karo

Pasuruan - Upacara adat suku Tengger Karo di buka hari ini di Desa Tosari/Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Upacara yang akan berlangsung selama sebulan ini dibuka dengan prosesi Sodoran.

Upacara Karo merupakan upacara yang digelar setiap tahun pada bulan kedua (bulan Karo) kalender Tengger, atau dua bulan setelah upacara Yadnya Kasada. Upacara digelar sebagai tanda penghormatan kepada leluhur suku Tengger, Joko Seger dan Loro Anteng. Bagi suku Tengger, menyelenggarakan upacara Karo merupakan kewajiban.

Menurut Trisno Sudigdho salah seorang sesepuh suku Tengger di Tosari, upacara Karo selalu dibuka dengan tari Sodor. Sebuah tarian yang menggambarkan hubungan siami-istri leluhur suku Tengger awal hingga beranak pinak sampai sekarang.

"Rangkaian upacara pembukaan Karo ini disebut Sodoran," katanya kepada detiksurabaya.com di lokasi, Rabu (12/10/2011).

Acara pembukaan dimulai dengan kirab Sodoran. Kemudian dimeriahkan dengan berbagai kesenian diantaranya tari Sodor, Remo dan penampilan dari kelompok Karawitan Tayub Campursari Adi Laras Tengger Ngadiwana. Tanda penghormatan kepada para pemimpin juga dilakukan dengan cara menyematkan ikat kepala kepada jajaran Muspida Kabupaten Pasuruan.

Setelah pembukaan, upacara akan dilanjutkan dengan upacara Santi, Slametan Banyu, Pembukaan Jimat Klontong hingga puncaknya upacara penutupan di Wonokritri yang disebut Bawahan.

"Upacara Karo berlangsung sebulan penuh," jelas Trisno.

Upacara Karo di wilayah Tengger Brang Kulon (wilayah Pasuruan) diikuti oleh warga dari delapan desa. Desa Tosari, Baledono, Ngadiwono, Wonokitri, Sedaeng, Mororejo dan Kalirejo di Kecamatan Tosari serta Desa Keduwung, Kecamatan Puspo dan Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur.

Granola Kembang Salah Satu Jenis Tanaman Kentang Di NGadiwono Village

kentang2
granola-kembang1Postingan ini barangkali agak kadaluarsa alis terlambat,tapi seperti pepatah mengatakan “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”. Kata pepatah itulah yang memberi semangat jari-jemari saya menari diatas keyboard sehingga wujudlah postingan ini.
Konon cerita ditemukannya bibit kentang Granola Kembang ini, di seputaran tahun 2000 tepatnya sejak diluncurkannya program pemurnian varietas lokal tahun 1998- 2004.
Seperti petani pada umumnya, Ponadi setiap harinya pergi ke kebun di temani oleh istri dan beberapa lare ( istilah Tenggernya adalah pembantu pekerjaan di kebun).pada hari itu, rencananya mereka akan ngobat (menyemprot tanaman agar tidak terkena hama) tanaman kentang varietas Granola ( biasanya eks Jerman / Belanda ) yang sudah berumur kurang lebih lima puluh hari. Ditengah –tengah kesibukannya ngobat tersebut Ponadi di kejutkan oleh pemandangan yang tidak lazim yaitu beberapa tanaman kentang tersebut mengeluarkan bunga putih.Setelah diamati dan diteliti petani Ponadi mengambil beberapa ranting pohon cemara yang ada di sekeliling kebunnya untuk di jadikan ajir sebagai tanda di beberapa tanaman kentang yang berbunga tadi.

Ternyata ke”gawo’an” ( keheranan) petani Ponadi melihat tanaman kentang berbunga adalah sesuatu yang biasa dan lazim terjadi,sejak jaman penjajahan dimana orang Belanda di bumi Tengger ini menanam kentang ,dulu waktu saya masih kecil sering mencari buah yang terbentuk dari bunga tanaman kentang itu,nama buahnya ‘Knol’ demikian dikatan oleh salah seorang petani yang sudah sepuh.sekarang saja tanaman kentang yang berbunga itu ada yaitu dari varietas kentang alas ( tanaman kentang liar / hutan ) bunganya berwarna merah ke unguan dan rasa kentangnya pahit dan getir imbuhnya.
 
Dari buah knol inilah cikal bakal lahirnya varietas kentang “ Granola Kembang “ yang asli Tengger Tosari.Tapi sayang,sejauh penulis ketahui bahwa penemuan itu tidak di hak patenkan.
Potensi Agrobis Dari Kentang “ Granola Kembang “.
Kabupaten Pasuruan menyimpan potensi agrobis yang cukup bagus untuk pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura. Kentang adalah salah satu produk unggulan hortikulturanya.
Jenis kentang yang kini dikembangkan itu merupakan hasil rekayasa petani setempat dengan mengawinkan bibit varietas lokal dengan bibit asal Jerman dan Belanda seperti tulisan di awal. Dari situ jadilah produksi yang berkualitas dengan buah lebih besar dan rasanya berbeda dengan kentang daerah lain. Granola Kembang itulah namanya.
Sentra pengembangannya di tiga kecamatan: Tosari 3.000 ha, Puspo 200 ha, dan Tutur 200 ha. Di Tosari sentra tersebar di enam desa, meliputi Desa Tosari, Wonokitri, Ngadiwono, Sedaeng, Kandangan dan Mororejo.
Budidaya kentang ini sudah lama dilakukan petani karena merupakan warisan nenek moyang sebagai mata pencaharian utama. Wilayahnya yang berbukit dengan ketinggian 1.600-2.000 di atas permukaan laut dengan udara dingin memang cocok.

Kebutuhan Jatim
Sebelum ada program pemurnian bibit kentang varietas lokal, mayoritas, petani menanam bibit kentang atas dasar keinginan dan hanya mempertimbangkan permintaan pasar. Tanpa ada upaya menjaga keaslian varietas lokal.

Sejak diluncurkannya program pemurnian varietas lokal tahun 1998, tahun 2004 lahirlah bibit Granola Kembang yang akhirnya banyak diminati petani. Pada lahan satu hektare mencapai 30 ton. Selain produksinya yang tinggi dan banyak disukai pasar, bibit tersebut pembudidayaannya mudah. Harga jualnya stabil, rata-rata Rp 5.000-5.500/kg.
Di Jatim, kebutuhan kentang setiap tahunnya 99.792 ton, sebanyak 38.355 ton dipenuhi dari Kabupaten Pasuruan. Selebihnya dari Probolinggo 35.592 ton, Malang 7.443 ton, dan Magetan 4.933 ton.
Tahun 2007, luas lahan tanaman kentang di Pasuruan 4.144 ha, yang dapat dipanen 2.719 ha dengan produktivitas perhektarenya rata-rata 14,10 ton. Sedangkan potensi keseluruhan di Jatim dengan luas tanam 9.706 ha, produktivitas 13,33 ton/ha dan produksi 95.952 ton.
Dalam setiap tahunnya pasokan kebutuhan di Jatim masih defisit. Berdasarkan data, rata-rata produksi kentang selama lima tahun terakhir 99.223 ton dengan angka konsumsi per kapita/tahun 2,772 kg atau 99.792 ton/tahun. Angka ketersediaannya hanya 84.339 ton/tahun atau defisit 15.453 ton/tahun. 
Untuk tetap menjaga produktivitas tetap optimal, berbagai kegiatan pemberdayaan dan pelatihan terus dilakukan. Mekanisme kerja organisasi diperlebar dengan membentuk empat Gapoktan atau gabungan kelompok tani untuk memudahkan operasional dan pengawasan.
Gunakan Ajir
Mahalnya harga pestisida bukan halangan mendapatkan produksi optimal. Petani menemukan teknologi tepat guna dalam bercocok tanam dengan memanfaatkan ajir di lahan mereka. Penggunaan ajir yang terbuat dari lanjaran bambu yang diikat pada setiap tanaman kentang mampu menghemat penggunaan pestisida hingga 25%.
Manfaat lain penggunaan ajir, mampu mengurangi populasi hama yang hidup di sela-sela tanaman kentang, menambaah masuknya sinar matahari, dan meningkatkan produktivitas hingga 10% dari 20 ton/ha. Karena petani Pasuruan tak henti-hentinya berkreasi, tahun 2007 kelompok tani “ Sembada “ asal Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan menjadi juara satu dan mendapat penghargaan sebagai pelaku agrobisnis sayuran tingkat nasional di Jakarta.

Pascapanen
Masalah umum yang dialami petani, yakni masih minimnya ketersediaan benih dan masih sedikitnya jumlah petani yang mengetahui jenis benih bermutu. Juga masih sedikit yang memiliki tempat penangkaran benih. Akibatnya, ketergantungan benih luar cukup tinggi sedangkan harga benih varietas lokal juga masih dianggap mahal karena pengembangannya juga terbatas.
Pada pascapanen tidak semua petani memiliki gudang sesuai persyaratan, dan memiliki tempat penyimpanan. Rendahnya pengenalan mereka pada teknologi pengolahan hasil, juga menjadi kendala utama pemberdayaan industri olahan.
Pasar industri olahan masih banyak yang belum tercukupi karena sebagian besar petani menanam varietas Granola, sedangkan indutri membutuhkan varietas Atlantik yang produktivitasnya rendah karena lebih rentan terhadap serangan hama.
Pembangunan Pusat Pembenihan Kentang di Jatim yang belokasi Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan pada tahun 2005 itu merupakan upaya untuk mengatasi kekurangan pasokan benih. Pada tahun 2007 dari tempat tersebut dihasilkan benih kentang Granola sebanyak 7.378 knol, yang selanjutnya ditanam di Kabupaten Lumajang 500 knol, dan Kecamatan Tosari 6.878 knol.
Tahun 2006, pemerintah telah membuat panduan Standar Operasional Prosedur (SOP) budibaya kentang untuk Kabupaten Pasuruan dan Malang. Sedangkan penerapan Good Angriculture Practices (GAP) atau pencatatan tanaman dengan memperhatikan kualitas tanaman sejak tanaman tumbuh hingga berbuah, sistem pendanaannya oleh pemerintah kabupaten Pasuruan. dan Malang.

Upacara Pujan Mubeng Ngadiwono Vilage




Pujan mubeng adalah salah satu dari beberapa upacara adat yang ada dikawasan Bromo Tengger yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan dan dilaksanakan.Upacara Pujan Mubeng dilaksanakan pada bulan kesembilan atau Panglong Kesanga, yakni pada hari kesembilan setelah purnama. Warga tengger baik tua,muda,besar,kecil berkeliling desa bersama dukun sambil memukul ketipung. Dukun di tengger dalam artian adalah dukun yang memiliki tugas dan wewenang untuk memimpin upacara agama, upacara adat dan sebagai juru penerang agama. jadi bukan seperti yang kita dengar dan kita lihat di televisi bahwa dukun adalah dukun santet atau yang lainnya. Mereka berjalan dari batas desa bagian timur lalu  mengelilingi empat penjuru desa.
 Upacara ini bertujuan untuk membersihkan desa dari gangguan dan bencana. Perjalana keliling desa tersebut diakhiri dengan makan bersama semua warga yang mengikuti upacara ini di rumah dukun. Makanan yang dihidangkan berasal dari sumbangan warga desa setempat.

Sarung Ciri Khas Masyarakat Tengger

Sarung sebagai ciri khas pakaian masyarakat Tengger



Keanekaragaman budaya merupakan salah satu ciri khas dari negara Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke yang terbentang luas banyak terdapat suku yang memiliki budaya dengan ciri khasnya masing-masing, sehingga membedakan antara suku yang satu dengan suku yang lain. Akan tetapi perbedaan tersebut bukanlah menjadi suatu permasalahan yang dapat mejadikan kita terpecah belah. Yang membedakan suku yang satu dengan yang lain adalah adat istiadat,bahasa sehari-hari,pakaian dan masih banyak yang lain. Yang paling menonjol atau yang paling sering kita jumpai dari perbedaan tersebut adalah pakaiannya. Salah satu suku di Indonesia yaitu suku Tengger memiliki ciri khas masyarakatnya yang selalu memakai sarung baik itu laki-laki,perempuan,tua,muda bahkan remaja dan anak-anakpun juga memakainya.


 Ya, memang benar sarung adalah pakaian yang mungkin tak bisa lepas dari masyakat tengger atau bahkan hukumnya wajib dan salah satu fungsi sarung yang sering di pakai oleh masyarakat tengger adalah untuk menutupi tubuh dalam bahasa tengger yaitukekemul agar dapat mengurangi udara dingin pegunungan yang menususk tubuh kita.


 Masyarakat tengger mempunyai banyak cara dalam menggunakan sarung sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu Jika digunakan untuk bekerja, maka sarung harus dikenakan dengan cara dilipat dua, kemudian disampirkan ke pundak bagian belakang dan kedua ujungnya diikat jadi satu. Cara tersebut dikenal dengan istilahKekaweng yaitu suatu cara yang dilakukan agar pengguna bisa bebas bergerak untuk mengambil air atau pergi ke pasar. Namun jika pekerjaannya lebih berat seperti ke ladang dan pekerjaan berat lainnya, sarung harus dikenakan dengan cara sesembongyaitu dilingkarkan pada bagian pinggang kemudian diikatkan seperti dodot (di atas perut dan di bawah dada) agar tidak mudah terlepas. Berbeda halnya jika sarung digunakan untuk bertamu maka penggunaan sarung harus lebih rapi yakni dipakai secara utuh hingga ke bagian pinggang seperti pada umumnya atau dikenal dengan istilah sempetan. Sementara itu, pada saat santai dan sekedar berjalan-jalan, mereka menggunakan sarung dengan cara kekemul. Setelah disarungkan pada tubuh, bagian atas dilipat untuk menutupi kedua bagian tangannya, kemudian digantungkan di pundak. Agar terlihat rapi pada saat bepergian mereka menggunakan cara sengkletan. Kain sarung cukup disampirkan pada pundak secara terlepas atau bergantung menyilang pada dada. Cara lain yang sangat khas, yang sering dijumpai pada saat masyarakat Tengger berkumpul di tempat - tempat upacara atau keramaian lainnya di malam hari adalah carakekodong. Dengan ikatan di bagian belakang kepala kain sarung dikerudungkan sampai menutupi seluruh bagian kepala, sehingga yang terlihat hanya mata saja.
 dan yang terahir adalah Sampiran. Anak-anak muda Tengger pun memiliki cara bersarung tersendiri, yang disebut sampiran. Kain sarung disampirkan di bagian atas punggung. Kedua bagian lubangnya dimasukkan pada bagian ketiak dan disangga ke depan oleh kedua tangannya.

About Ngadiwono Village

Apa yang ada di pikiran anda ketika mendengar nama Gunung Bromo???yang pasti jawabannya udaranya dingin atau bahkan sangat dingin,selain itu juga keindahan panorama gunung ini sehingga menjdai salah satu dari beberapa gunung tercantik di dunia. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini masuk atau terbagi dalam empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo,Kabupaten Malang,Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Pasuruan.Hal yang membuat wisatawan baik dari dalam maupun luar negri ketagihan mengunjungi tempat wisata ini adalah udaranya yang sejuk dan masih alami yang merupakan ciri khas pedesaan. Hampir semua desa yang terletak di wilayah pegunungan mempunyai udara yang sangat dingin dan salah satunya adalah Desa Ngadiwono. Desa Ngadiwono yang terletak di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan ini memiliki jarak kurang lebih 15 km dari gunung bromo sehingga udara dingin khas gunung bromo dapat anda rasakan di tempat ini. Suasana nyaman juga dapat anda rasakan disini dan juga ramahnya sapaan dari penduduk desa yang akan membuat anda jadi betah untuk berlama-lama disini. Banyak hal yang  disuguhkan dari Desa Wisata Ngadiwono ini seperti budaya asli Tengger sebagai contoh upacara Hari Raya Karo, Upacara Entas-entas, Upacara Unan-unan dan juga Tari Sodor yang biasanya di tampilkan ketika pembukaan dan penutupan hari raya karo dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain itu anda juga dapat melihat dan bahkan bisa ikut langsung dalam aktivitas sehari-hari penduduk desa yakni bertani sayur mayur karena mayoritas masyarakat di desa ini bekerja di sektor pertania. Jadi jangan lupa mampir di Desa Wisata Ngadiwonoya buat wisatawan yang ingin berlibur ke Gunung Bromo.